Siapakah yang ada di Hatimu wahai manusia?
Sebuah studi kasus bercerita
tentang seorang yang bertopeng baik dan shaleh yang sering kita jumpai di
panggung ceramah atau ditempat yang lain, studi kasus lainnya seorang yang bertopeng
jahat dan maksiat sering kita jumpai di jalanan atau dimana pun. Manakah yang
lebih dipandang oleh manusia diantara keduanya, namun sungguh Allah SWT melihat
hati seseorang. Bukan paras, harta dan sesuatu yang bersifat materi lainya Karena
Dialah yang mengetahui dan membolak-balikan isi hati manusia.
Imam Ghazali telah menulis sebuah
risalah Al Kasyfu wal tabiin, sebuah kitab yang isinya penjelasan tentang ketertipuan-ketertipuan
manusia. Orang mukmin khususnya sering kali tertipu oleh amal yang telah mereka
kerjakan. Sehingga ketertipuan ini mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri.
Imam Ghazali menjelaskan Contohnya yaitu seorang mukmin merasa amal baiknya
lebih banyak. Mereka adalah orang yang selalu mengira bahwa perbuatan baik
mereka lebih dominan, padahal justru yang lebih banyak adalah perbuatan
maksaiatnya. menghitung-hitung amal baik tetapi lupa menghitung dosanya. Jangan
dibayangkan karena sudah pasti kita menjadi salah satu orang yang tertipu juga.
Belum lama ini, kita dihebohkan dengan
rilis LBH Yogya, ada seorang Alumni Arsitektur UII yang Kini sekolah S2 di
University of Melbourne. Ibrahim Malik memiliki latar belakang sebagai
penghafal Al-Quran serta mahasiswa berprestasi. Ia sering di undang untuk
mengisi pengajian dan sebagai motivator. malangnya ia menjadi terlapor oleh 30 orang
perempuan juniornya semasa di kampus yang mengaku telah menerima pelecehan
seksual. Karir Ibrahim malik pun kian terancam, pihak kampus telah mencabut
gelar mahasiswa berprestasi yang diberikan tahun 2015. Entah apa yang akan
terjadi lagi yang menantinya, seakan apa yang diusahakan selama hidupnya hilang
dalam seketika.
Tidak ada yang abadi di dunia ini
kecuali Allah Azza wa jalla dan memang benar tidak ada yang selamat bagi yang
mengikuti hawa nafsu. Selain bentuk hawa nafsu ini yang tak nampak seperti
virus, dia hidup bergandengan dengan kita. Kemana pun manusia pergi hawa nafsu
akan mengikuti karena dia ada dalam diri manusia. Hawa berarti angin, nafsu itu
bagian internal diri manusia. saat pernah punya keinginan yang banyak itulah
hawa nafsu. Hawa nafsu ini bisa kita rasakan seperti layaknya angin berhembus
walau tak nampak. Secara umum hawa nafsu merupakan keinginan hati, maka muncul
pertanyaan yang ada di hati kita Allah SWT atau hawa nafsu itu sendiri. Karena Jika
hati dipenuhi hawa nafsu inilah penyebab kehancuran bagi seorang manusia. maka
dari itu bijaklah dalam urusan hati.
Kasus yang terjadi di jogja itu,
jika kita lihat tingkatannya berada di level nafsu biologis. Nafsu ini juga
dimiliki oleh semua orang. Cukup mudah padahal mengatasinya yaitu dengan cara
menikah saja ikut anjuran agama Islam. Apalagi jika sudah mampu secara lahir
maupun bathin, selain gejolak mata dan seksual teratasi, juga lebih bisa
mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Apakah seorang Ulama bisa tertipu
juga dengan mengikuti hawa nafsu? bahkan dalam pengelompokan yang dilakukan
oleh Imam Ghazali, ketertipuan-ketertipuan terbanyak adalah kelompok ulama, kedua
ada ahli ibadah, ketiga ada orang kaya dan keempat ada ahli sufi.
Kata imam Ghazali Ulama yang hanya
sibuk mendalami ilmunya, namun lupa mengarahkan dirinya untuk taat dan mencegah
dirinya dari maksiat. Merasa memiliki posisi tinggi dihadapan Allah karena
ilmunya sehingga Allah tidak akan menyiksa mereka dan mereka tidak akan
dimintai pertanggungjawaban. Mereka bagaikan dokter yang dapat mengobati orang
lain, namun saat dirinya sakit ia tidak melakukannya.
Jika ulama saja tertipu dengan
dirinya sendiri apalagi kita masyarakat awam. Malah keseringan masyarakat awam
itu ditipu oleh elite-elite pejabat pemerintah yang tidak amanah di negeri mereka
sendiri. Ghazali mungkin lupa memasukkan kelompok satu ini atau ada di
pembahasan lainnya yang penulis belum tahu. Oleh sebab itu Perkara hati sudah
semestinya kita pelajari walau tidak banyak tetapi sedikit cukup untuk menjaga
kita dari ketertipuan-ketertipuan dunia yang memalingkan kita dari Allah Azza
Wa Jalla.
Manusia saja yang cuek, Allah itu
dekat dengan hambanya bahkan lebih dekat dari urat nadinya sendiri. Kadang
sesuatu yang tidak kita minta diberikan apalagi yang kita minta. Merengeklah
saat malam tiba seperti anak kecil. Mintalah sesukamu pasti di berikan. Tetapi
jangan sesekali menyekutukannya karena dosa yang paling besar yaitu perbuatan
syrik.
Rasulullah SAW bersabda,
Barangsiapa yang bertambah ilmunya, namun tidak bertambah petunjuknya, maka ia
tidak akan bertambah apa-apa kecuali semakin jauh dari Allah. Semakin berkualitas
ilmu seorang maka semakin berkualitas pula hubungan dengan sesama manusia. semakin dekat pula hubungannya dengan Allah
SWT. Maka Bagaimana dengan kita hari
ini, sudahkah ilmu yang kita peroleh dapat menjadikan kita dekat dengan sang
pencipta kita.
Komentar
Posting Komentar